Sebuah kejadian
tragis dialami oleh seorang ayah bernama Zhou Kai dan anak perempuannya.
Nyawa sang putri melayang di tangannya akibat serentetan perdebatan
yang sengit. Seperti dilansir dari Asiantown, kehidupan keduanya tak
terlalu harmonis. Zhou Kai bekerja dengan penghasilan pas-pasan,
sedangkan ia memiliki anak perempuan yang masih dalam masa puber dan
istrinya mengalami cacat mental.
Sejak kecil, putrinya tidak
begitu menyukai sang ibu. Seperti sebuah cerita dalam film, anak gadis
Zhou Kai pernah berkata, "Kenapa aku tidak memiliki ibu yang cantik? Aku
takut nanti tidak akan punya pacar karena punya ibu seperti itu,"
ujarnya.
Zhou Kai mencoba mengendalikan perasaannya.
Bagaimanapun itu adalah putrinya dan memang hal ini tidak mudah.
Perekonomian yang pas-pasan serta istrinya yang memiliki keterbatasan.
Zhou Kai berusaha menjadi ayah dan suami yang baik dengan mencukupi
kebutuhan mereka.
"Anakku Lebih Sayang Idolanya"
Dalam
satu tahun terakhir, putri Zhou Kai sering menghabiskan waktunya untuk
internet. Sepulang sekolah langsung menghadap komputer dan lupa makan
demi melihat idolanya. Ia menghabiskan banyak uang untuk membeli tas,
baju dan merchandise lainnya.
Zhou Kai mengetahui dari ibunya
bahwa sang putri terobsesi dengan salah satu boyband papan atas Korea.
Ia ikut fanclub dan fan meeting. Untuk biaya internet dan hobinya ini,
ia sudah menghabiskan banyak uang. Perangainya pun berubah jadi lebih
dingin dan acuh pada sang ayah.
Suatu ketika Zhou Kai meminta
putrinya untuk mematikan komputer sebelum jam 4 pagi, namun yang
diterimanya adalah bentakan dari sang anak. Yang paling buruk adalah
ketika putrinya meminta uang untuk membeli tiket konser boyband tersebut yang mahal harganya. Bahkan ia meminta uang lebih untuk membeli satu tiket lagi dan sebuah kado untuk sang idola.
"Kita
ini bukan orang kaya, kita tak punya uang banyak," jawab sang ayah.
Putrinya pun membalas, "Lalu? Kenapa ayah tidak pergi dan mencari uang?"
Kejadian ini pun segera diatasi sang nenek dengan memberi cucunya uang
2700 yuan atau sekitar Rp 4,3 juta.
Anakku Mati di Tanganku
Zhou
Kai mengalami perlakuan yang kurang sopan dari anaknya secara
bertubi-tubi. Namun ia mencoba sabar dan menguasai dirinya. Hingga hari
yang naas itu tiba. Sang anak tak mau sekolah hanya karena tak bisa
menemukan rautan pensilnya.
Merasa anaknya melunjak, Zhou Kai
menegurnya, "Kau duduk di depan komputer terus-terusan, yang kau tahu
hanya menghabiskan uang saja."
Putrinya pun menjawab, "Kalau
cuma uang, aku bisa mengembalikannya nanti." Mendengar jawaban yang
dingin itu, Zhou Kai mencoba memelankan suaranya dan berkata, "Kamu tak
perlu mengembalikan uang itu padaku. Sekeren apapun idolamu, mereka tak
mencintaimu seperti orangtua sendiri. Kau tahu, hal ini mempengaruhi
pendidikanmu?" kata sang ayah.
Namun putrinya kembali
membentaknya, "Aku mencintai mereka ribuan kali lebih dari aku
mencintaimu! Idolaku jauh lebih baik darimu!"
Tersayat-sayat
mendengar apa yang dikatakan putrinya, Zhou Kai pergi ke dapur dan
mengambil pisau, awalnya ia hanya ingin membuat putrinya gentar. Namun
sang putri makin menjadi, "Idolaku jauh lebih baik daripada orang tua
sepertimu!"
Lalu Zhou Kai kehilangan kesabarannya dan pisau di
tangannya menghabisi nyawa putrinya saat itu juga. Ia melihat anak
gadisnya lunglai dan merasa tertekan dengan hal itu. Maka Zhou Kai pun
melakukan bunuh diri. Keduanya berusaha diselamatkan oleh tim medis dan
polisi yang segera datang. Namun sayang putrinya tak bisa diselamatkan
lagi.
"Saat Dia Bilang Idolanya Lebih Baik, Itu Menghancurkan Hatiku -Zhou Kai"
Zhou Kai menghadapi hakim di pengadilan pasca perawatan di rumah sakit. Ia menceritakan semua keluh kesahnya selama menghadapi putri semata wayangnya. Ia sangat menyayangi putrinya dan berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga, namun hatinya hancur tatkala anaknya mengucapkan demikian.
"Saat
aku mendengar dia bilang bahwa idolanya lebih baik daripada orang tua
sepertiku, aku tak bisa menahannya lagi. Hal itu sangat menghancurkan
hatiku," ujarnya. Zhou Kai mengaku telah berusaha keras memahami
putrinya, gadis itu tetap keras kepala dengan impian tentang Koreanya.
Begitulah
sebuah masalah yang kelihatannya sederhana bisa menghancurkan hubungan
antara ayah dengan putrinya. Nasi telah menjadi bubur dan Zhou Kai
mungkin harus menanggung buah perbuatan serta penyesalannya. Semoga hal
ini tak terulang kembali. Anak di usia remaja memang sedang
kritis-kritisnya dan adalah tugas orang tua untuk bersikap tegas dan
sabar dalam mendidik sang anak. Namun hal ini menjadi pembelajaran bagi
remaja dan orang tua tentang pentingnya komunikasi antara orang tua
dengan anaknya.







0 komentar:
Posting Komentar